Wednesday, January 24, 2007

HANYA SEBUTIR PASIR

Dari sebuah milist...

Para wartawan pernah dibuat terheran-heran oleh Sir Edmun Hillary ketika mereka coba menyelidiki sesuatu yang paling ditakuti oleh penakluk pertama Mount Everest itu. Dalam sebuah wawancara, hillary mengatakan bahwa ia tidak pernah takut pada binatang buas, jurang yang curam, bongkahan es raksasa atau padang pasir yang luas dan gersang sekalipun!

"Lalu apa yang anda takuti?" buru seorang wartawan "sebutir pasir yang terselip di sela-sela jari kaki" jawab Hillary singkat. "why?" "Sebutir pasir yang masuk di sela-sela jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. Ia bisa masuk ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku. Lama-lama jari kaki terkena infeksi lalu membusuk. Tanpa sadar kaki pun tidak bisa digerakkan. Itulah malapetaka bagi seorang penjelajah sebab dia harus ditandu." lanjut sang penjelajah mengobati rasa penasaran para wartawan.

Hillary tidak pernah takut pada harimau atau binatang buas lainnya karena secara naluriaih binatang buas sebenarnya takut menghadapi manusia. Sedang untuk menghadapi jurang terjal, gunung es, atau padang pasir, seorang penjelajah pasti sudah punya persiapan yang memadai. Tetapi jika menghadapai sebutir pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tak mempersiapkannya. Bahkan cenderung mengabaikannya.

Sebenarnya apa yang dikatakan oleh hillary tentang para penjelajah itu tidak jauh berbeda dengan kita yang sering mengabaikan dosa kecil. Coba saja kita renungkan, berdusta, berburuk sangka, ghibah atau perbuatan tercela lainnya sering kali kita anggap sepele hingga tanpa sadar kita menjadi "˜keterusan"™ melakukan dosa-dosa kecil itu yang lambat laun akhirnya penjadi kebiasaan. Dosa kecil itupun akan menjadi dosa besar yang pada akhirnya akan merugikan diri pribadi dan lingkungan.

Oleh karena itulah, Nabi Muhammad SAW sangat meanti-wanti kita untuk tidak mengabaikan dosa-dosa kecil seraya melarang kita melupakan amal kebaikan walaupun itu juga kecil. Sesungguhnya tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus-menerus dan tidak ada dosa besar jika diiringi dengan taubat nasuha.

bukankah kisah sufi pernah menceritakan bahwa seorang pelacur pun masuk surga hanya karena memberi minum anjing yang kehausan. Perbuatan yang cenderung dinilai sangat kecil ternyata di mata Allah punya nilai besar karena faktor keikhlasannya. Itulah nilai setetes air penyejuk yang diberikan sang pelacur pada anjing yang kehausan.

Terlepas dari dagingnya yang haram atau pun liurnya yang najis, bukankah anjing adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang juga berhak untuk kita tolong?

Buku atau Film?

Kalau ada yang tanya padaku lebih suka mana baca buku atau nonton filmnya? Pasti aku jawab baca bukunya.

Beberapa buku yang pernah aku baca dan aku tonton juga filmnya :
- Gie,Catatan Seorang Demonstran
- Brownies
- Cau bau kan (bener gini gak nulisnya)
- Memories of Geisha
- PadaMu ku bersimpuh

Kenapa aku lebih suka membaca bukunya? Karena penggambaran dalam sebuah buku lebih jelas dari pada nonton filmnya. Detailnya terasa sekali jika menyelami halaman per halaman buku. Mulai dari setting tempat, latar belakang dan alurnya lebih enak untuk dinikmati.

Memang jika buku tersebut divisualisasikan menjadi sebuah film akan lebih berwarna. Tapi sebuah film terkungkung oleh durasi waktu yang harus dipenuhi. Sehingga kadangkala penggambaran terhadap suatu peristiwa terkesan seadanya karena sudah diedit sana sini.

Antara dua alternatif dalam menikmati sebuah karya seni itu (antara film dan buku) memang masing masing mempunyai penggemar sendiri sendiri. Dan saya adalah yang lebih menyukai membaca, walaupun tentu saja alokasi waktu yang dihabiskan untuk menikmatinya lebih panjang. Waktu 1,5 jam cukup untuk menonton film, terkadang 4-6 jam habis untuk membaca buku.

Monday, January 15, 2007

Berdua, Bertiga Jauh Lebih Baik

Akhir tahun 2006 adalah hari hari yang sangat menyita waktuku. Mulai dari dinas ke berbagai kota, acara kantor sampai pekerjaan yang lain. Saat merasakan tumpukan pekerjaan yang bertubi tubi semakin terasa artinya partner dan team work.

Alhamdulillah deadline deadline yang datang di akhir tahun telah dilewati dengan mulus. Keanggotaanku dalam empat tim bisa berjalan lancar. Walaupun kadang harus meninggalkan peranku di tim yang lain saat harus dinas untuk tim tertentu.

Terimakasih buat partner partnerku yang baik hati. Mas Rony, mas Ary, Indra, Teddy, Mizwar, mas Gina, Teh Elis, Maya kalian partner terbaikku. Kualitas kalian memang tidak perlu diragukan. Terimakasih atas kerjasama yang terjalin selama ini. Semoga yang kita hasilkan kemarin dapat berguna untuk semuanya.

Kedekatan kita secara personal yang terjadi akibat interaksi dalam tim kadang membawa persepsi yang salah di mata orang lain. Padahal kita sudah berusaha bekerja secara professional ya? Yah sepanjang masih bisa diluruskan, mari kita luruskan (walau kadang aku ga habis pikir kok ada yang berfikiran seperti itu)

Dari lubuk hatiku yang paling dalam ku ucapkan TERIMAKASIH :) Semoga dimasa yang akan datang kerjasama yang ada di antara kita akan lebih kompak.

Monday, January 08, 2007

Bukan Cinderella....

Ini bukan cerita tentang sinetron apalagi film kartun, yang ingin aku ceritain kali ini adalah kegiatanku Sabtu kemarin. Sudah ada di agendaku untuk akhir pekan ini aku mencari pengganti sepatuku yang rusak. Sekitar abis dhuhur aku ke Blok M Plaza, setelah keliling di toko sepatu jadi bingung. Model sepatu cewek kok jadi tambah aneh ya?? Hak nya mengerikan.. Mungkin ada yang lebih dari 10 cm. Padahal pake hak setinggi itu beban tekanannya melebihi beban yang ditumpu oleh kaki seekor gajah (wah..). Tapi kok banyak yang suka pake sepatu macam itu??.

Balik lagi tentang pencarianku terhadap sepatu. Aku itu suka sepatu yang simpel, tidak berhak tinggi. Dan yang penting lagi nyaman dipakai, soalnya aku lebih sering mobile. Untuk ukuran sepatu karena ukuranku bukan ukuran standar perempuan Indonesia (maksudnya :P) jadi saat melihat-lihat ga bisa langsung nyobain. Rata-rata sepatu yang dipajang di rak nomor 37. Aku pake nomor 39/40 (kadang untuk merk tertentu harus pake 41) dan ukuran-ukuran itu stocknya ga banyak. Agak merepotkan bagi pelayan kalo aku minta bolak-balik diambilin sepatu :). Makanya kalo nyari sepatu aku bisa keluar masuk beberapa toko sepatu. Beruntungnya Bapak dan Arif mau bersabar jika mengantar aku beli sepatu.

Sabtu kemarin aku kurang beruntung,sepatu yang aku suka model dan warnanya tidak ada yang ukuran 40. Ehm... memang bukan Cinderalla :D

Thursday, January 04, 2007

Aku Melangkah Lagi...

Alhamdulillah...
Ada banyak perasaan yang tercampur di dalam hatiku
Lega...
Haru...
Senang...
Syukur...
Bercampur jadi satu menghiasi sujud syukurku


Akhirnya sebuah masalah yang terus aku wacanakan selama empat tahun lebih dapat diterima. Sebuah pikiran yang membebaniku yang merupakan oleh-oleh kepulanganku kemarin agak terangkat. Sebuah deal dan kompromi yang menurutku "besar" akhirnya terwujud.

Malam tadi dengan pelan-pelan aku coba diyakinkan. Selama 15 menit lebih via telepon lobby terjadi. Padahal beliau tahu untuk hal ini aku tidak perlu dilobby lagi. Tapi lobby ini lebih untuk meyakinkan beliau sendiri. Sebuah usaha untuk meyakinkan bahwa keputusan yang beliau ambil merupakan keputusan yang tidak salah. Aku paham, hal ini keputusan yang sangat berat untuk beliau karena ku tau beliau sangat mencintai kami. Dan beliau tidak ingin seorang pun dari kami yang tersakiti.

Tapi sungguh aku sudah ikhlas dari saat pertama wacana ini aku ungkapkan. Dan aku sadar hal ini akan terjadi. Satu hal yang perlu dicatat, apapun yang ada jika dikomunikasikan dengan baik akan ada solusi yang bisa diterima semua pihak. Kadang kita bergumul dengan ketakutan ketakutan yang kita ciptakan sendiri. Padahal ternyata kita terlalu su'udzon dengan orang lain. Kita tidak siap jika orang lain tidak menyetujui apa yang kita inginkan. Dan kadang kala yang terjadi jauh dari apa yang kita kira. Kadang jawaban yang tidak terlintas di kepala kita tiba tiba muncul sebagai jawaban apa yang kita pinta.

Dan akhirnya aku melangkah lagi dengan hati lebih ringan dari kemarin. Selamat datang tahun 2007.

Wednesday, January 03, 2007

Stasiun Kereta

Salah satu tempat yang paling sering aku kunjungi di Tegal adalah stasiun kereta. Bagaimana tidak hampir setiap kepulanganku ke Tegal menggunakan kereta. jadi tempat pertama dan terakhir aku injak adalah stasiun kereta. Stasiun kereta api tegal terletak di depan lapangan PJKA(yang berfungsi juga sebagai pasar malam nya Tegal). Dekat juga dengan gedung SMAku (sekitar 100 m).

Stasiun menjadi tempat yang istimewa bagiku karena di tempat ini terjadi reuni dengan teman temanku, terutama teman SMA yang merantau ke Jakarta juga. Reuni ini terjadi biasanya saat menunggu kereta Fajar Utama dari Semarang. Teman yang sering banget reunian di stasiun kereta adalah aku, pasangan Yuwono & Diana, Kiki.

Namanya juga reunian, jadi pembicaraan kami di stasiun kereta seputar kenangan kenangan manis saat SMA. Kadang juga tentang kabar teman teman SMA sekarang, Si A sekarang kerja di perusahaan X, si B yang nikah sama C, D yang sudah punya anak 2, bla bla bla. Sering kali sampai tidak sadar kita tertawa terlalu keras sampai diperhatikan orang satu stasiun :D (masa-masa paling indah, masa-masa di sekolah).

Di stasiun kereta itu aku jadi tau kebiasaan teman temanku seputar hantar menghantar. Kalau Kiki pasti bawa pasukan rumahnya mulai Papa, Mama sampai keponakannya ikut mengantar dia di stasiun kereta. Diana dianterin sama Papanya (takut dijahilin calon mantu ya Pak anaknya), kadang juga Papanya menyusul karena ada bawaannya yang ketinggalan di rumah (jaket, oleh-oleh). Pengantar pengantar ini dengan sabarnya menunggu sampai kereta yang membawa anak anak tercintanya berangkat ke Jakarta. Yuwono masih seperti dulu, dia ga dianter siapa siapa (ingat dulu pas SMA ambil rapor aja orang rumahnya ga datang, Papanya Yoga yang ngambilin) .Mungkin kemarin ketemuan terakhir sebelum status Yuwono dan Diana berubah (kabarnya 2 bulan lagi ya? jangan lupa undangannya). Nah kalau aku :) biasanya didrop Uzi atau Arif ke stasiun kereta, sampai di depan stasiun kereta aku ditinggal, hahaha...

Tuesday, January 02, 2007

Idul Adha

Tidak terasa ya hari begitu cepat berganti. Bulan demi bulan berlalu, kadang kita tidak menyadarinya. Akhir bulan yang juga akhir tahun ini aku mudik ke Tegal. Sempat mengalami tragedi kehabisan tiket kereta (padahal sudah beli dari 10 hari sebelumnya tapi ternyata aku salah beli untuk tanggal 30 malam hehehe load kerjaan lagi tinggi jadi pikiran agak error). Akhirnya melobby mas Faisal buat mudik bareng naik bus (makasih mas, jangan kapok ya kalo mudik bareng). Makasih juga ya Jasmine udah minjemin Papanya buat nemenin Tante :)

Alhamdulillah perjalanan lancar, ga macet. Bus sampai di Munjungagung Tegal jam 03.00 dini hari. Begitu turun dari bus aku langsung dikeroyok tukang becak dan tukang ojek. Aku bilang sudah dijemput, akhirnya satu persatu dari mereka meninggalkanku. Beruntung Uzi mau menjemputku, padahal dia paginya masih test di sekolah (makasih banget dek..). Sebenarnya dilematis juga antara dijemput dan tidak. Melihat kondisi tukang becak yang sekarang ini mulai tergusur oleh tukang ojek. Penghasilan mereka yang pas-pasan dan harga sembako yang semakin naik membuatku miris. Tapi jika tidak dijemput ngeri, karena itu orang rumah selalu menjemput.

Sampai di rumah langsung sahur ternyata sudah ditungguin ibu bapak. Tanggal 30 Desember 2006 aku seharian di rumah, hanya keluar sebentar ke toko Mbah. Kemudian bersih-bersih untuk Idul Adha esok harinya.

Akhirnya bisa Idul Adha di rumah, seneng banget rasanya. Tahun kemarin aku lewatkan Idul Adha di Jakarta, ga kerasa Idul Adha. Abis sholat Ied di lapangan kantor trus di kost aja (suasana ga jauh beda dengan hari weekend lainnya). Nah taun ini bisa sholat bareng keluarga di lapangan dekat rumah. Kami bersyukur hari itu tidak hujan, sore harinya sempat gerimis. Setelah melihat penyembelihan hewan korban, rumah berubah jadi warung sate dadakan. Tetangga sekompleks (cuma 4 rumah sih :D ), keluarga Bulik dan temennya Arif gabung jadi satu.

Sekitar jam 11.00 tamu keluarga datang selama hampir dua jam bapak, ibu dan aku menemani mereka. Selama pertemuan pembicaraan banyak didominasi kaum tua. Aku hanya banyak mendengarkan dan menjawab jika ditanya. Setelah mereka pulang aku bergabung lagi di warung sate dadakan.