Thursday, December 22, 2005

Hari Ibu

Hari ibu oleh sebagian besar orang dimaknai mengikuti tradisi Mother's Day ala negara barat yang mendedikasikan hari itu sebagai penghormatan terhadap jasa ibu dalam merawat anak dan suami serta mengurus rumah tangga. Pada Mother's Day biasanya dinyatakan dengan memberikan bunga, mengirimkan kartu atau sms, menggantikan peran domestik ibu di rumah (ibu dibebas tugaskan dari segala tugas domestik seperti pekerjaan dapur dan rumah tangga lainnya). Bahkan ada seorang teman ditelpon ayahnya karena sang ibu merasa tidak diperdulikan akibat sang anak lupa menyampaikan selamat hari ibu.

Dalam amanat inspektur (ibu MSG) pada upacara peringatan Hari Ibu yang diadakan di kantor dengan semua petugas upacara kaum perempuan disebutkan sebenarnya peringatan Hari ibu di Indonesia berbeda jauh dengan Mother's Day. Hari ibu bukan hanya memperingati jasa-jasa ibu dalam peran domestik saja, tetapi hari ibu merupakan deklarasi kaum perempuan untuk menunjukkan eksistansinya dalam keikutsertaannya dalam memperjuangkan kemerdekaan negara tercinta dan merupakan manifestasi dari semangat pembebasan nasib kaum perempuan dari ketertindasan pada waktu itu.

Peristiwa ini terjadi pada momentum Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928 (dua bulan setelah Sumpah Pemuda) yang dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Tujuan kongres ini untuk mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan perempuan Indonesia dan menggabungkan organisasi-organisasi perempuan Indonesia dalam suatu badan federasi yang demokratis tanpa memandang latar belakang agama, politik, dan kedudukan sosial dalam masyarakat. Kongres Perempuan I ini diikuti oleh organisasi Wanita Utomo, Wanita Tamansiswa, Putri Indonesia, Aisyiyah, Jong Islamieten Bond bagian Wanita, Wanita Katholik, dan Jong Java bagian Perempuan.

Salah satu keputusan pada konggres I tersebut adalah mendirikan badan permufakatan bernama Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI) yang bertujuan menjadi pertalian segala perhimpunan perempuan Indonesia dan memperbaiki nasib dan derajat perempuan Indonesia. Makna historis penting lainnya dari Kongres Perempuan I adalah menjadi batu pertama yang menandai babak baru bangkitnya gerakan kaum perempuan Indonesia pada waktu itu untuk berorganisasi secara demokratis tanpa membedakan agama, etnis, dan kelas sosial.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938.

No comments: