Tuesday, July 19, 2005

Ketika Ibu Harus Memilih ( resensi )


Buku ini ditulis oleh Susan Chira, seorang wartawati senior di surat kabar New York Times, mengangkat kegelisahan penulis yang juga menjadi kegelisahan ibu-ibu bekerja tentang dilema seorang ibu yang mempunyai peran ganda antara bekerja di luar rumah dan ibu rumah tangga. Tentu saja buku ini ditulis dengan latar belakang kondisi sosial, kultural, ekonomi dan politik Amerika Serikat. Di belakang tulisan ini melatar sebuah perdebatan seru yang mengisi tahun-tahun akhir abad ke-20. Apakah pengibuan merupakan misi utama dan satu-satunya bagi perempuan, serta merupakan sumber kepuasan? Ataukah salah satu peran perempuan saja, serta merupakan salah satu dari sekian banyak sumber kepuasan? Apakah nasib perempuan terikat ke peran biologis reproduksi ataukah biologis itu merupakan faktor kecil saja

Di budaya patriarkhi ini terdapat sebuah pandangan tentang konsep ibu yang baik adalah ibu yang selalu ada di rumah, yang selalu ada setiap saat.Dan seorang ibu yang bekerja dianggap seorang ibu yang tidak bertanggung jawab, ibu yang mengabaikan anaknya. Doktrin ini didukung oleh teori Psikoanalis ajaran Freud yang menyatakan bahwa pengasuhan anak oleh beberapa orang selain ibunya bisa merusak ikatan batin antara dia dan ibunya, mendistorsikan kesadaran-diri si anak dan merusak kemampuan sang ibu untuk mengendalikan sifat agresif dan mengembangkan nurani. Dalam teori ini disebutkan kaum perempuan sebetulnya hanya akan puas jika mereka telah menjadi ibu. Setelah menjadi ibu, mereka akan mampu mengatasi sifat iri terhadap pria.

Selain teori Psikoanalis ada teori Kedekatan yang dipopulerkan oleh Bowbly. Teori ini menyatakan bahwa keberadaan seorang ibu adalah untuk menanggapi anak dengan penuh kepekaan dan membantu mengembangkan rasa kepercayaan. Bahwa seorang ibu seharusnya selalu berada didekat anaknya. Bila dilihat latar belakang lahirnya teori ini adalah pada pasca Perang Dunia II dimana pemerintah berusaha menyingkirkan kaum perempuan dari pabrik agar tinggal di rumah. Hal itu dilakukan untuk memberikan pekerjaan pada bekas serdadu yang pulang perang.

Kedua teori di atas telah dipatahkan oleh beberapa penelitian yang diantaranya dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1991 ketika 25 pakar dari National Institute of Child Health and Human Development Study of Early Child Care (NICHD) melakukan penelitian tentang pengasuhan anak dari lahir sampai umur 7 tahun. Penelitian ini menyatakan bahwa ibu bekerja tidak membahayakan hubungan dengan anak. Masalah utama dari ikatan batin antara ibu dan anak bukan apakah si ibu bekerja atau tidak,melainkan apakah dia peka atau tidak pada kebutuhan anaknya. Selain itu Dr. Donald Cohen dari Pusat Kajian Anak di Yale mengatakan bahwa adakalanya pertanyaan. "Berapa banyak waktu yang dibutuhkan anak" adalah pertanyaan yang salah. Seharusnya ditanyakan. "Berapa banyak waktu yang dibutuhkan ibu untuk tetap merasa nyaman bersama anaknya. Apakah si ibu merasa dia hadir dalam kehidupan anaknya, dan si anak menerimanya seakan si ibu selalu ada disisinya."

Walaupun sudah ada penelitian-penelitian yang mengungkapkan tidak ada korelasi antara ibu bekerja dengan ikatan batin antara ibu dan anak ataupun kualitas anak, tetapi ibu bekerja tetap menjadi kambing hitam jika terjadi apa-apa dengan anak. Kenakalan remaja, free sex, krimininalitas yang meningkat dituduh sebagai akibat dari ibu yang tidak bertanggung jawab (karena bekerja dan tidak mempunyai banyak waktu dengan anak). Bahkan di meja hijau pun ibu yang bekerja harus menanggung kekalahan dalam hak perwalian anak karena dianggap tidak layak untuk mengasuh dan mendidik anak.

Sebenarnya mengasuh dan mendidik anak bukan hanya tugas seorang ibu. Ada peran ayah yang seharusnya bermain juga di ranah itu. Bahwa apa yang terjadi pada anak bukan hanya menjadi tanggung jawab ibu saja, tetapi menjadi tanggung jawab ayah juga. Ayah dan ibu saling mendukung dan melengkapi dalam membesarkan anak.

Membaca buku ini mengingatkan saya pada sebuah puisi yang diciptakan oleh Ratih Sanggarwati, seorang bisnis woman.

Anakku,.
Bila ibu boleh memilih
Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar karena mengandungmu
Maka ibu akan memilih mengandungmu.
Karena dalam mengandungmu ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah.

Sembilan bulan nak,. engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata.

Anakku,.
Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu
Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan
Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua
Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit,
Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun

Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia
Saat itulah. saat paling membahagiakan
Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah,
Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan,
Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah di telinga mungilmu
Anakku,.
Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah, atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
Maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan

Anakku,.
Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat
Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle
Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu

Tetapi anakku.
Hidup memang pilihan.
Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana
Maka maafkanlah nak.
Maafkan ibu.
Maafkan ibu.
Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita,
Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang
Percayalah nak.
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu
Percayalah nak.
Engkau akan selalu menjadi belahan nyawa ibu.


Ratih Sanggarwati (Ratih Sang)
Jakarta, 21 Agustus 2004

1 comment:

nia rahma said...

Buku ini aku beli di Pesta Buku Jakarta tanggal 25 Juni yang lalu. Pergi ke pameran itu dengan teman yang suka banget ma kebudayaan Jepang, pas ada informasi atraksi Samurai di salah satu stand pameran kita cepet-cepet ke stand itu. Dalam benakku ada Samurai berpakaian ninja lengkap dengan pedangnya yang panjang, ternyata yang ada dua orang pantomim pake pakaian ninja dilengkapi pedang plastik mainan anak-anak.
Ha... Ha... Wah... kecelik dab..