Tuesday, November 21, 2006

Keracunan Ikan

Tadi pagi aku sarapan nasi kuning dengan ikan tongkol sebagai lauknya. Habis sarapan aku melanjutkan pekerjaan seperti biasa. Sejam setelah makan aku merasakan sesuatu yang tidak beres dengan badanku. Kepalaku tiba-tiba pusing (padahal dari tadi pagi kondisiku fit).Wajahku panas dan pipi jadi memerah, malah sempet dikirain pakai blush on (padahal mana pernah aku ke kantor pakai blush on).Akhirnya aku putuskan untuk pergi ke poliklinik kantor. Pas perjalanan menuju poliklinik aku ketemu mas Andre,dari bagian TI, wajahnya memerah juga. Akhirnya aku tanya apa dia abis makan ikan tongkol juga. Ternyata sama, dia sarapan ikan tongkol juga beli di tempat yang sama denganku. Deg.. jangan-jangan yang dikatakan bu Ina benar, aku keracunan makanan.

Kondisiku saat daftar di poliklinik sudah ga karuan, tambah pusing dan panas. Pas ditanya petugas pendaftaran mau periksa dengan dokter siapa, aku jawab siapa saja asal cepat. Mas Andre dan aku diperiksa dokter yang sama, dokter Arif, giliran mas Andre lebih dulu daripada aku. Pas aku masuk ruang praktek dokter Arif langsung nebak, habis makan ikan juga ya?. Dokter juga menanyakan aku ada alergi tidak? Dalam riwayat kesehatanku aku tidak punya alergi apapun. Karena sudah dua orang dengan gejala serupa maka dokter bilang kemungkinan ikan yang mengakibatkan kami keracunan. Tekanan darahku diperiksa, kalo kurang dari 100 maka harus diobservasi di poliklinik sehari plus diinfus. Alhamdulillah tekanan darahku 110/70 jadi tidak perlu diinfus.Dokter Arif ngasih obat 3 jenis, dan pesannya kalo nanti siang kondisiku tambah drop harus periksa lagi di poliklinik untuk mendapat perawatan yang lebih intensif.

Alhamdulillah setelah minum obat berangsur-angsur kondisiku membaik. Wajah sudah normal (tidak blushy lagi).Dan sudah bisa meneruskan pekerjaan yang sempat tertunda tadi. Makasih dok, jangan bosen ya sudah 3 kali aku konsul ke dokter. Makasih Bu Ina sarannya untuk cepat-cepat ke poliklinik, ternyata teman Bu Ina punya pengalaman yang lebih buruk dari aku. Keracunan yang tidak dirasa malah berakibat parah. Pembuluh darah di matanya pecah sampai matanya berwarna merah. Akhirnya harus dirawat beberapa hari di rumah sakit. Makasih mas Gina yang memberikan tips memilih ikan segar(kalo ikan segar sih aku masih bisa milih mas, nah kalo sudah berwujud makanan jadi kan ga kelihatan). Intinya dengan kejadian ini aku lebih hati-hati dalam memilih makanan.

2 comments:

Anonymous said...

wah makane ati ati ;)

nia rahma said...

Iyo kang...
Sebuah pengalaman berharga, ngrasain keracunan makanan.
Sempet ngobrol ma temen dari gizi, dia bilang Ikan Tongkol kadar histaminnya tinggi. Kalo kondisi ikannya gak bagus dan kondisi tubuh kita lagi gak fit potensial untuk keracunan.
Kemarin memang aku sering begadang karena persiapan mid