Ba'da Maghrib kemarin, setelah aku menyantap makanan buka puasaku terjadi obrolan dengan seorang bapak. Menilik dari wajahnya kira-kira beliau usia lebih tua sekitar 3 tahun dari bapakku.
"Anakku empat,dek. Yang bungsu baru masuk kuliah di Unpad. Sebelum pengumuman SPMB kemarin bapak minta dia untuk mendaftar juga di universitas swasta. Pikiran bapak kalau dia tidak ketrima SPMB masih tetap kuliah, tapi si bungsu menolak tawaran bapak. Walaupun sudah dirayu dengan berbagai cara.Toh 3 kakaknya dulu juga daftar swasta juga", kata si bapak datar.
"Dia sudah yakin kalau bisa masuk ke Unpad" lanjut sang bapak
Secercah senyum tiba-tiba menghiasi wajah bapak, "Alhamdulillah, dek. Dia bisa masuk. Aku salut dengan dia, salut atas perjuangannya, bagaimana kesungguhan dia belajar. Aku bangga,dek"
Obrolan terus berlanjut, bapak itu menceritakan anaknya satu persatu. Wajahnya tampak bahagia. Beliau bertutur tentang kelebihan-kelebihan anaknya. Semua anak kelihatan istimewa di mata si bapak.
Mendengar cerita bapak tadi anganku langsung teringat pada orang tuaku di rumah. Kadang hal yang menurutku menjadi luar biasa di mata beliau berdua. Aku teringat ketika bapak cerita kepadaku tentang Uzi yang juara pidato pas di SMP (aku juga gak nyangka padahal adekku yang satu itu pendiem). Atau cerita beliau tentang Arif,adekku yang besar, tentang kegiatan-kegitannya akhir-akhir ini.
Bagi orang tua dimanapun aku yakin setiap anak mempunyai keistimewaan di hati. Kebahagiaan orang tua bukan hanya karena anaknya memberikan nilai ekonomi lebih saja. Jauh lebih banyak kebahagiaan mereka karena keberhasilan kita di sisi yang lain.
No comments:
Post a Comment