Thursday, May 31, 2007

S e M u T

Beberapa waktu yang lalu Bapak dan Uzi datang ke Jakarta untuk menengokku. Berhubung jum'at aku dan Arif masih kerja maka beliau transit di rumah Budhe.Di rumah Budhe ini Bapak & Uzi bertemu Shafa.

Shafa, cucu Budheku memang deket dengan keluargaku. Dia lahir di Tegal dan tinggal di sana sampai umur 2,5 tahun. Dari bayi sering dititipkan di rumahku, terutama jika Ayah Ibunya sibuk mengurus toko mereka.

Nah ketika ada pertemuan ini, disitulah kisah si semut berlangsung.

Shafa seneng banget ketemu Mbah Kakungnya (Bapaku) dan Om Uzinya. Dia langsung bermanja-manja ria karena sudah lama tidak bertemu (terakhir ketemu lebaran). Saat ngobrol dengan Mbah Kakungnya dia tanya kenapa Mbah Uti (ibuku) ga ikut ke Jakarta. Belum sempet Bapaku jawab pertanyaan itu dijawab oleh Budheku, Beliau bilang "Mbah Utinya nungguin rumah, biar ga digotong semut Fa". Shafa cuma diam dan melanjutkan acara bermainnya dengan Uzi.

Sore harinya selepas kerja aku datang ke rumah Budhe untuk menjemput Bapak. Shafa langsung bangun dari tidur sorenya mendengar obrolan aku dengan Bapak. Dia minta aku yang mandiin.

Sehabis mandi dan ganti baju dia cerita ke aku tentang sekolahnya (dia sekarang umur 3 th dan sudah ikut Play Group di deket rumahnya). Pas obrolan sekolah abis Shafa langsung celetuk "Tante, Kalo Shafa pulang kampung sama Ayah sama Ibu kok rumahnya Shafa ga digotong semut ya?". Awalnya aku bingung Shafa kok cerita tentang semut dan rumah, setelah diterangkan Budhe baru aku faham. Ternyata dibalik kesibukan mainnya dia ditambah acara tidur sore Shafa masih ingat apa yang diberitahu Eyangnya. Dan dia bukan hanya ingat tapi dipikirkan juga sampe dia punya kesimpulan kalo rumah kosong yang ditinggalkan penghuninya ga mungkin digotong semut (Aduh nak, ternyata pikiranmu nyampe juga dengan analogi yang benar).

Baru aku jelasin ke Shafa kalo sebenarnya Mbah Utinya ga ikut ke Jakarta karena harus nemenin Mbah Buyutnya, bukan karena takut rumah digotong semut.

Kejadian sore itu mengingatkanku pada sebuah buku yang pernah aku baca. Bahwa usia Balita adalah Golden Age. Harusnya pada usia itu anak-anak diberi pengetahuan yang baik, termasuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan jawaban yang baik dan benar bukan dengan jawaban yang membohonginya, tentunya sebuah jawaban masuk dalam pemikirannya anak-anak. Kalaupun jika pada saat itu apa yang dia tanyakan di luar pengetahuan kita, bisa kita jawab "Maaf ya sayang, tante ga tau jawabannya sekarang. Besok tante cari tau deh jawabannya"

Wednesday, May 02, 2007

Multitasking

"Makanya Multitasking dong.."
Begitu jawab seorang teman saat aku bilang lagi ga bisa konsen menghadapi ujian tengah semester.
Lagi lumayan banyak kerjaan di kantor.
Lagi ada yang harus dipikirin di rumah.
Lagi siap-siap mo pindahan kamar.

(Ups... kok malah banyak keluh kesah ya??)

Konsep multitasking harusnya tidak hanya berlakukan untuk komputer, mungkin dahulu sebenarnya konsep ini malah diadopsi oleh pembuat sistem operasi dari kehidupan keseharian manusia. Lihat saja seorang ibu bisa memasak sayur, menanak nasi sambil mengendong anaknya (subhanallah, begitu supernya seorang ibu ya).

Nah dengan konsep multitasking harusnya kita bisa mengerjakan beberapa pekerjaan dalam waktu yang hampir bersamaan. Dan yang penting dari konsep ini adalah bagaimana menyelesaikan semua pekerjaan yang dilakukan secara persamaan itu dengan baik. Ataupun jika terdapat salah satu pekerjaan yang hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan maka tidak akan mengganggu pekerjaan yang lain.

Sebenarnya konsep dasarnya begitu sederhana, tapi dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari kadang tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa hal yang membuat pengaplikasian multitasking tidak berjalan dengan lancar adalah kurang bisanya melakukan manajemen prioritas, gagalnya manajemen waktu dan yang terakhir adalah ikut peran sertanya masalah hati dan perasaan.

Kurang bisanya melakukan manajemen Prioritas
Dalam sistem operasi sendiri penyelesaian task task yang ada saja menggunakan prioritas. Ada yang menggunakan prinsip first in first out (FIFO), ada yang memakai last in first out (LIFO), ada juga yang berdasarkan urgensi dari task yang dijalankan.

Begitu pula dalam kehidupan, harusnya segala pekerjaan yang ada kita pasang prioritasnya. Ada yang memang harus cepat diselesaikan karena menyangkut hajat hidup orang banyak, ada yang bisa dikerjakan dua jam lagi. Tapi saat semua terasa urgen bagaimana mensikapinya? Kalau kita telusuri tentanya dibalik yang urgen-urgen itu pasti ada yang paling urgen. Nah kita bisa mengklasifikasikan berdasarkan ke-urgen-an pekerjaan yang ada, atau ada juga orang yang menyusun prioritas berdasarkan deadline yang diberikan pada setiap pekerjaan.

Gagalnya Manajemen Waktu
Kegagalan memanage waktu adalah banyak alasan kenapa multitasking dalam kehidupan sehari hari gagal. Kadang seseorang terlalu terkuras waktu dan energinya untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan sehingga pekerjaan yang lain terbengkalai atau kehabisan waktu dan energi saat akan mengerjakan perkerjaan berikutnya. Yang lebih parah lagi jika ternyata waktu yang terbuang adalah untuk pekerjaan yang sebenarnya tidak terlampau penting bahkan malah untuk suatu pekerjaan yang sifatnya hiburan. Mungkin dalam hal ini bisa diistilahkan kebanyakan iklan dibanding film nya. Misalnya sebenarnya kita harus mencari bahan presentasi lewat searching di internet, eh malah banyakan chattingnya dari pada cari bahannya.

Ikut peran sertanya masalah hati dan perasaan
Namanya juga manusia, bukan robot :) jadi kadang multitasking ini terganggu oleh permasalahan hati dan perasaan. Kadang kita mengalami suasana hati yang tidak mengenakan sampai terganggu dalam mengerjakan yang lain. Permasalahan hati dan perasaan bisa menyebabkan konsentrasi bubar, bahkan tidak bisa berpikir dengan jernih sama sekali. Alhasil pekerjaan yang harusnya selesai jadi terbengkalai.

Hanya untuk menasehati diri sendiri, syukur syukur bisa dipakai orang lain

Tuesday, May 01, 2007

Nasib Anak Kost

Nasib anak kost..
Ya nasib anak kost..
Kadang hanya makan mie
Ibu kost ga mau ngerti..

Penggalan bait tentang anak kost yang dibawakan oleh Project Pop sempet hits saat tahun 90-an (waktu itu aku masih SMA kali ya, belum merasakan jadi anak kost). Tapi lagu dengan jenis musik agak rap itu sangat nyata di kehidupan keseharian anak kost.

Ngomong ngomong tentang anak kost, hari ini tepat 2 tahun aku mendiami kostku yang sekarang. Berarti hampir 5 tahun kehidupanku jadi anak kost. Istilahnya sudah lumayan menikmati asam garamnya kehidupan kost.

Let's review

KOST Pertamaku
Lokasi : Ledok kali Code (samping fakultas Teknik UGM)
Pogung Kidul SIA IX, Sinduaji, Mlati, Sleman, Yogyakarta
Pemilik : Mbak Fatimah & Pak Ponirin
Waktu : Juli 2000- Agustus 2001

Kost pertamaku adalah rumah dari sebuah keluarga kecil. Ada dua kamar yang dipakai kost. Setahun itu aku sekost dengan dua orang mahasiswi PPKP. Ning, mahasiswi jurnalistik dan Ida mahasiswi Teknik kimia. Mereka seangkatan denganku tapi karena kampusnya beda dan berjauhan kita jarang bareng. Kami jalan bersama pas cari makan malam saja.

Awal awal kost masih terasa homesick banget. Pertama menelpon rumah yang kluar hanya
air mata saja. Yups, aku nangis di wartel sampe bapak di ujung telepon seberang sana bingung. Bapak kira aku ada masalah padahal jawabanku kangen (maklum baru kali pertama jauh dari orang tua).

Tahun pertama aku kost masih sering bolak balik ke rumah Mbah di Kulon Progo. Hampir
setiap Sabtu sore aku pulang ke sana, dan baru balik ke kost hari Senin setelah pulang kuliah.

View dari kostku yang pertama asyik banget. Di samping masih terhampar sawah yang menghijau. Jalanan setapak yang turun naik (maklum namanya juga ledok, lumayan buat olahraga). Di kost ini aku bisa ngliat lelehan larva gunung Merapi dengan mata telanjang. Sampe sampe Obink bingung dari mana aku dapat kost yang lumayan terpencil.

Yang asyik lagi tiap berangkat dan pulang ke kampus aku harus melewati sawah dan kolam ikan dulu. Benar benar bersatu dengan alam.

Kost Kedua
Lokasi : Lembah Kali Code (belakang fakultas Kedokteran Hewan UGM)
Blimbingsari C 10, CT V, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta
Pemilik : Bpk. Badri
Waktu : September 2001- Agustus 2002

Aku pindah dari kost yang pertama karena ternyata kuliahku lebih banyak di kampus MIPA Selatan dari pada Kampus MIPA Utara. Kostku yang kedua itu rumah sebuah keluarga yang mempunyai seorang cucu. Kamar yang dikost hanya satu kamar. Keluarga yang punya rumah enak, serasa kayak di rumah sendiri.Tapi letaknya lumayan turun ke Ledok, jadi perlu tenaga ekstra jika brangkat ke kampus.

Kamar yang aku diami sebelumnya ditempati oleh mahasiswi juga tapi meninggal di kamar itu. Penyebabnya aku ga tau jelas, ada yang bilang sakit tapi ga ketahuan ada juga yang bilang karena over dosis. Tetangga rumah sempat ada yang tanya padaku kenapa aku ga takut menempati kamar itu. Aku jawab orang mati kan alamnya sudah beda kenapa juga harus takut.

Kost Ketiga
Lokasi : Blimbingsari D 8, CT III, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta
Pemilik : Bpk. Eddy
Waktu : September 2002- September 2003

Sebenarnya ini bukan kost tetapi aku dan beberapa teman kontrak rumah. Sebuah rumah dengan 2 lantai dan 3 buah kamar. Di kost ini aku belajar berbagi dengan orang lain karena satu kamar diisi dua orang.

Tinggal di kontrakan bareng bareng membawa banyak pelajaran. Belajar berbagi itu yang pasti, belajar memanage rumah (ada jadwal piket bersihin rumah), belajar memanage keuangan(tiap bulan bergiliran jadi bendahara kas). Hampir semuanya ditanggung bareng yah "one for all, all for one". Kedekatan antarindividu seperti kakak adik.

Di rumah ini aku punya kakak kakak yang baik: Mbak Yati, Mbak Nurul, Mbak Lia, Mbak Nas & Yuni. Sampai sekarang pun hubungan kami masih baik, walaupun hanya bisa lewat chatting atau sms. (Pengin rasanya reunian dengan mereka, pasti seru ketemu berenam ditambah anak-anak mereka)

Kost Keempat
Lokasi : Taman Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Pemilik : Bpk. Hari
Waktu : Mei 2005- Sekarang

Sudah dua tahun aku menempati kost ini (walau udah beberapa kali pindah kamar). Suasananya hommy banget, teman teman kost juga enak. Tapi ya namanya sudah pada kerja tentunya suasananya berbeda dengan kost pas kuliah. Kita jarang ketemu satu sama lain (malah lebih sering ngobrol lewat chatting). Baru bisa ketemu itu sabtu siang.

Penginnya sih kost ini menjadi kost terakhir untuk diriku, dan penginnya ga sampe tiga tahun bertahan disini (pindah ke rumah siapa gitu.. hehehe).

Pa Kabar Diet?

Beberapa minggu ini perempuan perempuan di sekelilingku ribut tentang berat badan. Bukan hanya teman di kantor yang meributkan hal itu, di kost pun pembicaraan tentang berat badan menjadi topik utama. Sampai sampai salah satu temen cowok menulis pada blognya bahwa salah satu penyebab stress terbesar bagi kaum perempuan adalah berat badan.

Ah, ternyata kita sudah termakan oleh iklan, bahwa image perempuan cantik itu perempuan yang langsing, putih dengan rambut hitam indah tergerai.

Hasil dari pembicaraan berat badan berimbas pada wacana diet. Banyak jenis diet yang mereka jalani, seperti diet karbohidrat, diet protein, diet food combining. Klo yang menjalani diet karbohidrat mereka sama sekali tidak makan makanan yang mengandung karbohidrat (berarti say no to nasi, roti dan teman temannya). Sedangkan diet protein berarti menghindari makanan yang berbau protein. Diet food combining lain lagi ceritanya (klo menurutku sih agak ribet aturannya) jika makan nasi berati tidak makan daging dan ikan. Jadi penganut diet ini makan nasi hanya dengan sayuran atau makan daging dengan sayuran. Jam makan untuk diet ini juga diatur, makan pagi hanya dengan buah, jam berapa boleh makan biscuit, jam berapa boleh makan nasi (wah aku tidak hapal jadwal dietnya).

Akhir akhir ini malah temanku hanya makan buah dan sayuran. Karena penurunan berat badannya lumayan kelihatan maka teman yang lain mulai mengikutinya.

Ada beberapa yang menggunakan cara ekstrim untuk mengurangi berat badannya seperti sedot lemak atau diet menggunakan produk produk pelangsing yang dipasarkan secara bebas. Pemakaian obat obat tersebut bukan tanpa resiko. Efek samping yang dibawa obat pelangsing malah kadang menyiksa pemakainya. Mulai dari bolak balik ke kamar mandi sampai muntah muntah. Akibatnya badan menjadi lemas dan tentu saja mengganggu aktivitas sehari hari.

Bukannya aku tidak suka melihat orang diet, tapi menurutku diet itu harus yang aman. Jangan karena ingin langsing terus menghalalkan segala cara termasuk menyiksa diri sendiri. Ya diet paling aman yaitu diet yang sesuai dengan arahan ahli gizi, karena kondisi seseorang berbeda dengan kondisi orang lain. Jadi diet yang dipakai seseorang belum tentu cocok jika diterapkan pada orang lain. Dan tentu saja orang yang menjalankan diet harus konsisten dengan program dietnya. Bukan hari ini tidak makan nasi sama sekali kemudian lusa makan semaunya. Perubahan pola makan tidak perlu drastis, jika dilakukan pengurangan makanan sedikit tapi konsisten tentunya akan didapat perubahan yang berarti. Walaupun perubahannya sedikit demi sedikit tapi hasilnya pasti lebih memuaskan.

Balik lagi tentang diet yang dijalani oleh teman temanku. Kadang ada hal menggelikan dengan perilaku mereka, jika ada yang ulang tahun atau pulang dari bepergian membawa oleh-oleh kue, coklat atau ice cream mereka lupa dengan dietnya. Jadi teman yang lain menyindir, "katanya ada yang mau diet ya?". Sindiran yang paling sering aku katakan "Pa kabar diet?"