Sunday, October 29, 2006

Lebaran Ini

Walaupun ada Idul Fitri yang berbeda taun ini, hanya sedikit mengurangi kehikmatan dalam menjalaninya. Aku dan keluarga sholat Ied di Lapangan Olahraga dekat rumah. Setelah sholat kumpul di rumah, acara sungkeman (sebenarnya ga ada sungkemannya sama sekali, cuma sebuah istilah untuk acara maaf-maafan sekeluarga). Acara yang selalu membuatku tidak tahan untuk mengeluarkan air mata saat mencium tangan serta berpelukan dengan bapak ibu (hiks..).

Acara dilanjutkan dengan makan ketupat dan opor ayam bareng keluarga Bulik. Beliau langsung mudik ke jogja setelah dari rumahku.Aduh sudah lama keluargaku tidak mudik bareng ke jogja. Saat Idul Fitri begini memang susah bagi keluargaku untuk mudik ke jogja, karena kami secara tidak langsung jadi tuan rumah bagi keluarga besar ibu dan juga bapak sudah seperti dituakan disini jadi banyak tamu yang berkunjung pada saat lebaran.

Lebaran taun ini keluarga besar dari ibu kumpul lagi. Walaupun gak lengkap personelnya (kemarin minus Om Slamet karena tgl 26-27 November 2006 sudah masuk kerja, dan Keluarga Mba Ani yang baru mudik seminggu setelah lebaran). Tidak ada yang berubah dengan formasi keluarga besar ini, tidak ada anggota baru dan anggota yang berkurang. Suasananya tetap ramai dan kompak. Dan seperti biasa, acara kumpul-kumpul baru terjadi pada H+2 dan H+3 karena hampir semua sholat Ied di rumah masing-masing (di Jakarta) baru mudik setelah sholat Ied.

Friday, October 20, 2006

Telah fitrikah kita?

Karya Emha Ainun Nadjib

Telah fitrikah kita, kalau puasa belum merohanikan kehidupan kita

Telah fitrikah kita, kalau badan, harta dan kuasa dunia masih menjadi muatan utama qolbu kita

Telah fitrikah kita, kalau keberpihakan kita belum kepada orisinalitas diri dan keabadian

Telah fitrikah kita, kalau masih tumpah ruah cinta kita kepada segala yang tak terbawa ketika maut tiba

Telah fitrikah kita, kalau kepentingan dunia belum kita khatamkan, kalau untuk kehilangan yang selain Allah kita masih eman

Telah fitrikah kita, kalau kasih sayang dan ridha Allah masih belum kita temukan sebagai satu2nya hakekat kebutuhan


Ya Allah, jangan biarkan Ramadlan meninggalkan jiwa kami

Ya Allah, jangan perkenankan langkah kami menjauh dari kemuliaan berpuasa

Ya Allah, halangi kami dari nafsu melampiaskan, serta peliharalah kami dari disiplin untuk mengendalikan

Ya Allah, peliharalah Ramadlan dalam kesadaran kami,

Ramadlan sepanjang jaman

Ramadlan sejauh kehidupan

Ramadlan sampai ufuk keabadian.

Taqobalallahu minna wa minkum siyamana wasiyamakum
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1427 H

Tuesday, October 10, 2006

GURU YA??

"Mbak Guru ya?" sudah beberapa orang menanyakan hal seperti itu padaku.Bahkan saat aku membeli baju kerja pun pemilik tokonya menanyakan hal yang sama. Aku hanya tersenyum, menggelengkan kepala dan menjawab "bukan".
Aku kadang heran banyak orang yang menyangka aku adalah seorang guru. Orang-orang di pasar tempat Simbahku jualan juga sering bertanya, "Mbak Nia ngasto teng SD pundi?". Mungkin mereka beranggapan demikian karena bapak seorang guru, jadi sudah sepantasnya kalau anaknya pun guru. Padahal tidak semua anak guru harus menjadi guru kan??.


Kalau orang-orang disekitarku sekarang (tentunya bukan temen sekantorku) yang menyangka aku seorang guru mungkin karena penampilan sehari-hariku. Blus dan rok panjang memang jadi baju favoritku. Ini terbukti ketika aku tanya ke Baskoro kenapa dia mengira aku guru. Jawabnya "penampilanmu kayak guru". Teman yang lain bilang cara bicaraku dalam menjelaskan sesuatu mirip dengan cara yang dipakai oleh seorang guru. Apapun yang mereka katakan, aku cukup senang jika disangka sebagai seorang guru.

Jujur saja salah satu cita-citaku waktu kecil adalah menjadi seorang guru. Melihat kegigihan guru-guru dalam memberikan pengajaran pada muridnya serta tugas mulia mereka dalam mencerdaskan kehidupan bangsa membuat Nia kecil ingin sekali meniru mereka. Malah pada saat aku kelas IV SD aku ingin sekali menjadi seorang guru Tari Klasik, karena pada saat itu aku senang menari tarian Jawa Klasik dan Bu Tati, guru tariku, seorang guru yang menyenangkan. Saat aku SMP pun aku masih ingin jadi seorang Dosen.

Sampai saat ini keinginan untuk menjadi seorang guru tetap ada dalam hatiku. Mungkin nanti aku akan menjadi guru untuk anak-anakku. Atau suatu saat nanti aku jadi seorang dosen.