Sunday, May 28, 2006

Mudik

Ah.. rasanya tidak sabar menunggu kesempatan untuk pulang ke Tegal. Akhirnya kesempatan itu datang juga. Pemerintah berbaik hati memberikan cuti bersama tambahan di hari besar keagamaan yang jatuh di hari Kamis. Jadi aku bisa mudik malam Kamis kemarin (23 Mei). Seperti biasa aku mudik dengan Kereta Api bareng Nadia yang mengunjungi suaminya di Tegal. Tentu saja tiket kereta sudah kami pesan 2 minggu sebelumnya. Karena long weekend stasiun Senen penuh sesak dengan orang yang ingin mudik memanfaatkan kesempatan.

Entah kenapa agak males packing untuk mudik kali ini, mungkin karena harus packing untuk dua perjalanan sekaligus. Satu mudik ke Tegal dan dilanjutkan dinas ke Surabaya. Melihat barang-barang yang harus di packing untuk ke Surabaya ,hm... udah pusing. Memang sudah aku putuskan untuk balik lagi ke Jakarta malam Ahad. Beberapa teman kantor menganjurkan aku brangkat dinas dari Tegal saja, tapi aku pikir terlalu ribet bawaannya. Lagi pula kereta yang dari Tegal ke Surabaya adanya cuma malam hari (berarti sampai Surabaya sekitar Subuh).

Tiga hari dua malam di rumah adalah saat-saat yang menyenangkan. Bagaimana tidak acara kumpul semua anggota keluarga menjadi acara yang agak susah untuk diwujudkan akhir-akhir ini. Aku dan Arif tinggal di Jakarta, sementara Bapak, Ibu dan Uzi di Tegal. Kalaupun ada libur kadang aku yang ga bisa pulang atau Arif yang sedang sibuk.

Beberapa kegiatan yang sangat menyenangkan waktu di rumah:
* Menemani Bapak jalan-jalan pagi
Untuk liburan kali ini Bapak minta ditemani jalan-jalan ke Pantai. Pantai Larangan kurang lebih 4 KM dari rumahku. Kita jalan-jalan di bibir pantai dan merasakan butiran pasir dan deburan ombak. Biasanya tempat yang sering Bapak dan Aku pakai untuk jalan-jalan itu pantai, lapangan olahraga, atau jalan desa (klo ini ada 2 rute, biasanya ditanya Bapak dulu mau ke Utara atau Selatan). Di acara jalan-jalan ini aku jadikan sebagai ajang ngobrol berdua dengan Bapak. Bahan Obrolan bisa apa aja mulai dari kegiatan Bapak di Sekolah, organisasi atau sekitar keluargaku sampai obrolan tentang negara.

* Ngobrol bareng sekeluarga
Acara ngobrol ini pasti dimulai dari sesampainya aku di rumah, walaupun aku sampai rumah biasanya jam 1 pagi. Acara ini juga biasa diadakan abis makan baik sarapan, makan pagi atau makan malam. Terlebih pada saat minum teh bersama di sore hari kita sering membahas kegiatan masing-masing tentu saja disisipi canda tawa.

* Belanja di Pasar
Kegiatan ini dulu menjadi tugasku setiap hari Ahad. Pasar adalah tempat bermain pada masa kecilku. Ibu pernah jualan di pasar, sampai-sampai Aku dan Arif pulang TK bukan pulang ke rumah tapi ke pasar. Belanja ke pasar lebih menyenangkan karena bisa memilih apa yang akan jadi menu makanan kami hari itu. Dan tentu saja harga di pasar Tegal jauh lebih murah dari pada di Jakarta.

* Masak buat keluarga
Wah acara ini tidak bisa aku lakukan di kost. Bukan hanya peralatan masaknya yang kurang lengkap, tapi juga tidak ada yang memakannya. Di rumah aku boleh masak apa saja yang aku suka. Kebetulan habis dari Pantai aku dan Bapak mampir ke penjual ikan segar. Jadilah menu sayur asem, goreng kakap dan Cumi menu makanan hari itu. Ehm.. yummy... apalagi bareng keluarga.

* Silaturahim dengan saudara yang lebih tua
Rumah yang wajib aku datangi adalah rumah Mbah dari Ibu. Selain itu ada Bulik Tuk dan Mbak Par (adik Bapak dan sepupuku) yang kebetulan tinggal satu desa. Dulu Bulik dan Mba Par ikut bersama keluarga kami. Setelah menikah mereka pindah ke rumah suaminya yang memang sedesa dengan kami. Ada juga Mbah Mah, sepupu Mbahku sekaligus pengasuh ibuku waktu kecil, beliau sudah dianggap sebagai keluarga yang paling dekat. Selain itu aku punya kebiasaan mampir ke rumah saudara sepanjang jalan menuju pasar. Padahal hampir sebagian besar toko di tepi jalan adalah keluarga besar ibu. Kadang hanya sekedar mampir sebentar atau bersalaman.

* Silaturahim dengan Sahabat dan keluarganya
Ini salah satu kegiatan yang pasti aku lakukan jika pulang ke rumah. Paling tidak ada rumah dua sahabatku yang sering aku datangi.Ngobrol dengan dua sahabatku yang kebetulan guru ini sangat menyenangkan. Kadang mengingat masa lalu. Update kabar tentang teman-teman yang lain. Ataupun curhat atau membahas masa depan masing-masing menjadi bahan pembicaraan kami

Karena Mudik menyenangkan, maka acara mudik selalu aku rindukan.....

Saturday, May 27, 2006

Kabar Jogja hari ini...

Aku baru tahu ada gempa di Jogja sekitar jam 9 pagi, ketika Nono mampir ke rumah setelah mengawasi ujian di sekolahnya. Aku langsung menyalakan televisi dan terkejut melihat berita banyak korban yang meninggal dan kerusakan yang parah.

Aku langsung telepon Paklikku yang tinggal dekat dengan rumah Mbah tapi HPnya tidak bisa dihubungi. Beberapa saat kemudian sekitar jam 10 aku hubungi nomor Bulik berhasil terhubung. Aku bicara dengan Paklik, Alhamdulillah keadaan keluarga di Kulonprogo baik, hanya sedikit lecet-lecet. Gempanya terasa kuat, sampai untuk berlari keluar rumah pun gentayangan. Rumah Paklik hanya retak ringan, sementara rumah Mbah agak rusak, dinding dapur roboh. Mungkin karena dinding itu sudah lumayan tua. Kata Paklik rumah di depan toko beliau roboh rata dengan tanah, pendopo kecamatan dekat situ juga roboh. Sementara SD tempat Irfan dan Aji (dua sepupuku) sekolah rusak parah, tidak bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

Setelah menghubungi keluarga, aku menghubungi beberapa temanku yang di Jogja. Beberapa teman tidak bisa dihubungi HP-nya membuatku agak panik. Berhasil menghubungi seorang teman yang lokasinya di sekitar UGM sekitar 10.30, dia bilang keadaanya baik, minta aku untuk hubungi temanku yang berada di Bantul dan membelikan dia voucher pulsa untuk berkomunikasi dengan keluarganya di luar jawa.Ketika kami sedang ngobrol tiba-tiba dia berteriak histeris minta dido'akan karena gempa susulan yang lumayan kuat terjadi lagi.

Kemudian aku mencoba contact temanku yang di Bantul. Baru terhubung sekitar jam 11 lewat. Dia bilang keadaannya baik, keluarganya juga selamat. Rumah yang didiami keluarganya rusak parah, hanya 1/3 yang dindingnya masih berdiri. Minta berita itu diteruskan ke teman2 yag lain. Pada saat itu katanya beredar isu tsunami sehingga orang berduyun-duyun meninggalkan kota menuju tempat yang lebih tinggi.

Aku coba hubungi teman yang lain alhamdulillah semua selamat, hanya beberapa genting rumah rusak. Hanya keluarga Mba Noel yang di kompleks Madukismo yang tidak bisa dihubungi.

Pagi ini sekitar jam 6 kurang memang aku rasakan gempa di Tegal, getaranya lumayan kuat. Awalnya aku menyangka anemiaku datang, karena biasanya habis jongkok aku agak pusing. Tapi pas dilihat lampu ikut bergoyang aku pastikan itu gempa. Waktu aku tanya ke Bapak beliau juga merasakan yang sama. Aku, Bapak dan Ibu lari keluar rumah. tapi aku tidak menyangka gempa yang kuat terjadi di Jogja.

Sampai hari ini sudah 3000 an korban jiwa yang ada di Jogja-Klaten dan sekitarnya. Ini foto-foto yang diambil Mas Yulianta yang sedang mudik ke Jogja. Entah berapa ribu rumah yang rata dengan tanah. Mudah-mudahan saudara-saudara yang tertimpa bencana bisa sabar, dan menghadapinya dengan tabah. Dan kita bergotong royong untuk membantunya sebisa kita.

Friday, May 05, 2006

Andai Saja Dijual di Toko...

"Andai saja dijual di toko,aku akan beli sekarang juga", begitu jawaban seorang sahabatku ketika ditanya oleh orang-orang di sekitarnya tentang kapan dia menikah. Dan seorang sahabat yang lain sampai males untuk mudik ke kampung halamannya karena di rumah selalu dihadapkan oleh sebuah kata "Pernikahan". "Jenuh dikejar-kejar terus untuk nikah, emangnya mencari jodoh semudah membalikkan tangan?" kata mereka. Kisah dua sahabatku ini merupakan sebagian kecil kisah yang dialami oleh banyak perempuan yang belum menikah.

Pertanyaan "kapan" menjadi sebuah pertanyaan yang sangat sensitif bagi perempuan apalagi ketika usia melewati seperempat abad. Bahkan ada yang menjadi sangat sensitif terhadap acara-acara pernikahan ataupun wacana-wacana seputar jodoh dan pernikahan. Atau bersikap seolah tak ingin segera menikah dengan berbagai alasan seperti karir, studi maupun ingin terlebih dulu membahagiakan orang tua. Padahal, hal itu cuma sebagai pelampiasan perasaan lelah menanti jodoh.

Aku sempat terkejut dengan pernyataan seorang teman yang sudah berumur kepala tiga, " Kalau pun sampai nanti akhir hayatku akhirnya aku tidak bersuami, itu bukan kehendakku. Aku ngga berdosa kan? Aku mencoba membesarkan hatinya, "Sabar mba... jangan putus asa. Kita masih wajib ikhtiar. Allah menciptakan makhluk berpasang-pasangan, mungkin sekarang belum ketemu saja. Kalau suatu saat Allah mempertemukan pasti akan dimudahkan menuju pernikahan.

Sebenarnya bukannya mereka tidak ingin untuk segera menyempurnakan separuh Din. Kadang masalahnya tidak sesederhana yang ada di benakku. Ada yang punya banyak kriteria. Ada juga yang orang tua yang menuntut lebih.

Menurut Fauzil Adhim, banyaknya muslimah yang belum menikah di usianya yang sudah cukup rawan bukannya tidak siap, tetapi karena mereka tidak pernah mempersiapkan diri. Kesiapan disini, termasuk di dalamnya adalah kesiapan untuk menerima calon yang tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan sebenarnya, meski jika ditilik kembali sesungguhnya lelaki tersebut sudah memiliki persyaratan yang ’sedikit’ lebih dibanding lelaki biasa.

===========================================================

Dini hari aku terima telpon dari rumah
Obrolan panjang yang sempat membuatku menitikan airmata
Sebuah permintaan tulus dari Bapak agarku lebih memikirkan "masa depan"
"Ojo terlena nduk... Ikhtiar... Do'a sing bener, Bapak ibu yo ndo'ake tenanan"
Wah... mba'yu kayaknya giliranku dah dimulai nih ^-^